Sabtu, 02 April 2011

Proses Produksi Kopi


black as the devil
hot as hell
pure as an angel
sweet as love
(sajak arab tentang kopi)



Anda pasti kenal akrab dengan kopi bukan ? Ya, minuman ini adalah salah satu yang familiar dengan kehidupan harian masyarakat Bumi, dan Max* adalah salah satunya.


Stimulator andalan para sufi di Afrika Utara, dalam rangka mempertahankan kesigapan semalam suntuk . Tapi, jika dosisnya melebihi rentang dosis normal yang diperbolehkan, minuman kenikmatan ini bisa berubah menjadi depresan (menyebabkan rasa tertekan) tangguh ! Max seringkali mengalami perasaan cemas, was was, gelisah tidak karuan, jika dosis yang dinikmati melebihi rentang dosis normal. Anda tahu dosis maksimal yang menjadi batas atas konsumsi kafein ? Ya benar, 200 mg ADI. Perhatikan dalam kemasan kopi instant biasanya sekitar 80 mg/ kemasan) .


Jadi, kalau Anda mengalami yang Max alami di atas,  bersyukurlah,  Anda masih normal (relatif), tapi kalau sudah di atas takaran di atas, dan masih belum merasakan apa- apa, nampaknya Anda mulai kena candu kenikmatan kopi kawan!  Bukan apa apa sih, cuma sayangi jantung Anda lah, bisa mati saat tidur loh, ingat kasus Mbah Surip kan ? Tebakan saya sih, kebiasaan almarhum mengkonsumsi kopi di atas dosis rentang toleransi biologis itu turut menjadi penyebab utama.


Apa yang istimewa dari kopi ? Kami akan membahas satu persatu mulai aspek farmakologis, hingga proses pembuatan kopi, dibawah ini :


Si Kafein


Kafein adalah komponen alkaloid derivat xanthin yang berfungsi sebagai stimulan psikoaktif pada manusia. Memiliki pengaruh langsung pada sistem saraf pusat dan stimulan metabolik. Kafein menstimulan sistem saraf pusat dan menyebabkan peningkatan kewaspadaan, kecepatan dan kejelasan alur pikiran, peningkatan fokus, serta koordinasi tubuh yang lebih baik.


Apa manfaat dan resiko mengkonsumsi kopi ? Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan, antara lain : Menurunkan resiko alzheimer, menurunkan resiko penyakit batu empedu, menurunkan resiko penyakit parkinson, peningkatan kognitif, peningkatan efek analgesik, antidiabetik ( diabetes tipe 2- terutama untuk pengkonsumsi hingga 7 cangkir/ hari), anti kanker, kardioproteksi ( perlindungan fungsi jantung), laksan ( pencahar), diuretik ( memperlancar urinasi), antioksidan (pengurang potensi  kanker), menurunkan resiko gout, menurunkan resiko karies gigi.


Hai, karena kebetulan Max adalah cowok, maka ada kabar gembira buat kalian kawan, soal konsumsi minuman kenikmatan ini tentunya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Universitas Sao Paulo Brazil, disimpulkan bahwa kafein mampu merangsang sel-sel sperma dalam tubuh pria, sehingga kesuburan seseorang dapat meningkat. Inti dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kulitas sperma para peminum kopi lebih sehat dibandingkan sperma orang yang tidak meminum kopi. Kesuburan sperma para peminum kopi disebabkan oleh unsur-unsur yang dikandung kafein. Setelah diteliti, kafein yang terdapat dalam kopi dinilai memiliki kemampuan meningkatkan kecepatan berenang sel sperma.


Dari penelitian yang dipimpin oleh Monami Inoue dari National Cancer Center Tokyo terhadap 90.000 orang Jepang, terbukti bahwa konsumsi kopi menurunkan resiko kanker hati sampai separuhnya.Sebuah hasil penelitian terhadap 6.000 pria dan wanita yang dilaporkan oleh Framingham Heart Study menunjukkan bahwa tidak terdapat kaitan konsisten antara minum kopi dengan kadar kolesterol yang meninggi


350px-caffeine_metabolites.png


Selain manfaat, resiko dari konsumsi kopi adalah : ketegangan, konstipasi, perubahan warna gigi, peningkatan LDL ( Low Density Lipoprotein) pada kopi tertentu, dan tekanan darah tinggi. Sebuah penelitian yang dilansir www.caffeinweb.com menyebutkan beberapa ahli psikiatri, ahli penyakit alergi dan zat beracun–toksikologi, menengarai zat kafein sangat potensial menimbulkan gejala penyakit mental. 80% populasi masyarakat dunia mengkonsumsi kafein, dan 25% di antaranya didiagnosis mengalami gangguan mental. Bagi seorang psikiater, kafein dapat menjadi musuh nomor satu, karena identik dengan penyebab kegelisahan, stres, depresi, hingga schizophrenia.


Proses Produksi Kopi


Oke deh kawan, cukuplah berdiskusi soal manfaat minuman kenikmatan legam ini ( Baru tahu kalau iblis berkulit hitam juga ! Orang arab bisa lihat iblis ras negroid ( Afrikaan) ya ^_^). Ada satu hasil penelitian lagi yang menarik soal minuman ini, awalnya, para peneliti dari John Hopkins mendapatkan, dari penelitian tahun 1994 terbukti kaitan antara konsumsi kopi dan peningkatan resiko penyakit jantung. Namun, peningkatan resiko itu terutama terjadi pada pola minum kopi sebelum tahun 1975 – di mana sebelum pertengahan tahun 70-an, orang Amerika belum memakai mesin coffee drip sehingga kopi yang dikonsumsi tidak disaring. Jadi, kalau kalian mau tahu bagaimana kopi diproses dari mulai biji kopi pilihan hingga siap tersaji secara instan dan hangat, mari kita simak di bawah ini kawan.


1. Sortasi
Setelah melalui proses seleksi, biji kopi akan disortasi lagi menurut bobot dan ukuran. Selama proses ini, terjadi proses pembersihan dari benda asing pada biji kopi hijau sebelum mengalami proses produksi.
2. Penyimpanan
Biji kopi disimpan sesuai dengan keperluan penggorengan berikutnya.
3. Penggorengan
4. Pencampuran
5. Ekstraksi :
Ekstraksi menggunakan pelarut air. Prosesnya melalui dua tahap yaitu Perkolasi ( dingin) dan Ekstraksi ( panas). Alatnya seperti yang dibawah ini :


Perkolasi



Ekstraksi per Batch



6. Filtrasi ( Penyaringan)
7. Sentrifugasi


Aroma kopi dipertahankan dengan cara reverse osmosis menggunakan membran filtasi. Selain itu, proses ekstraksi dengan panas juga akan mempengaruhi aroma, untuk itu pasca ekstraksi proses berikutnya adalah pendinginan ekstrak hingga suhu di bawah nol derajat celcius.



8. Evaporasi ( Penguapan) :
Fungsinya adalah untuk mendapatkan kadar ekstrak ideal



9. Pemisahan :
Dipisah sesuai dengan kebutuhan hasil akhir olahan kopi yang dibutuhkan yaitu :
a. Spray Dried
b. Aglomerasi
c. Ekstraksi Biasa



10. a.1. Spray Drying
Prinsipnya adalah untuk menghilangkan air, dengan cara ekstrak dilewatkan dalam sebuah kolom; temperatur tinggi dalam kolom tersebut akan menguapkan air hingga didapatkan bubuk kopi. Bubuk kopi dikumpulkan pada bagian bawah kolom. Karbondioksida bertekanan tinggi disemburkan via nozzle dengan butiran halus kopi.



Alat spray drier seperti ini


10. a. 2. Aglomerasi
Bubuk kopi spray dried direbus lagi untuk mendapatkan gumpalan antar partikel bubuk yang lebih besar, fungsinya adalah untuk mendapatkan rasa yang lebih kaya dan aroma yang lebih kuat.




Alat  aglomeratornya seperti ini :



10. a. 3 Ekstraksi
Kopi hasil ekstraksi awalan tidak mengalami proses lagi, dan langsung dikemas. Kalau Anda mau tahu prinsip ekstraksi yang ini, begini ringkasnya :



Nah, jika Anda berminat untuk membuat pabrik kopi instant, maka bagan di bawah ini mungkin cukup membantu memvisualisasikan proses mulai dari pemilihan hingga pengepakan minuman kenikmatan ini, silakan menikmati, mari….^_^


proses-kopi.jpg


by : Maximillian


NB :


Mekanisme produksi kopi ini bisa Anda pelajari juga di tulisan saya yang satu ini.


Alat saya dapatkan dari jurnal milik perusahaan di bawah ini :


GEA Niro
Gladsaxevej. DK-2860 Soeborg, Denmark
food.dairy@niro.dk
www.niro.com


Tambahan info saya dapatkan dari sini.


* : Max adalah pemilik blog ini, lengkapnya : Maximillian Heartwood ( kerenlah, haha…)



Brother, let’s drink our coffe, and build our greater next generation ^_^


Jumat, 01 April 2011

Persaingan Herbal vs Sintetik, Really ?


Industri periklanan ( tersier), yang baru berkembang pesat pasca Perang Dunia 2, atau di awal Generasi Baby Boomers lahir, tepatnya di tahun 1960-an ( nonton sinetron Mad Men ?), memang fungsinya adalah membangun kebutuhan, di benak konsumen, terhadap barang atau jasa, sehingga seolah menjadi penting, dan mendorong untuk memiliki. Seringkali, metode yang digunakan untuk membangun identitas itu, adalah dengan membuat konstruksi tandingan, membuat konsumen yang kepahaman fungsi dasar tentang sebuah produk lemah, harus berpihak ke produk yang disodorkan oleh produsen (dan pengiklan).
Apakah Anda, yang konsumen di sini, merasa harus berpihak ke produk yang disodorkan oleh iklan, dalam hal ini Obat Kimia (sintetik) dan Obat Herbal ( bahan alam) ? Dan kalau Anda bertanya ke dokter, seringkali mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan ? ( Karena, di kawasan urban, seringkali dokter juga menjadi kaki tangan tenaga penjualan perusahaan farmasi tertentu lho…), maka mari kita diskusikan di sini, hitung- hitung urun rembug warga.

Pernah nonton sinetron Bonanza ? Di situ obat sakit kepala bermerk Aspirin, sudah lazim digunakan kan ya ? Anda sebaiknya tahu, bahwa Aspirin, yang disebutnya Asam Asetilsalisilat itu, awalnya diekstrak dari kulit pohon Willow, obat tradisional yang sudah sejak lama dipakai untuk meredakan nyeri kepala ( analgesik). Catatan tentang kulit pohon Willow ini sudah sejak Hippocrates ( 460- 377 SM). Konstruksi ruang Asam Asetilsalisilat ini mulai dibuat versi sintetisnya, di tahun 1853, penelitian berlanjut, hingga Bayer AG ( Jerman), mulai memproduksi versi Aspirin sintetik massal di tahun 1897. Aspirin merajai pasaran, selama setengah abad ke- 20, popularitasnya menurun setelah mulai diproduksi Paracetamol, yang bertahan sampai sekarang dosisnya sudah menanjak di angka 600 mg.
Jadi, dari kasus ini, sudah bisa dipahami bukan, bahwa obat sintetik pun, awalnya adalah dari ekstraksi bahan alam. Alasan pembuatan bahan sintetik, dengan meniru konstruksi ruang molekulnya, utamanya adalah untuk alasan efisiensi produksi massal. Jika tetap mengandalkan suplai bahan baku dari alam, variabel untuk menjamin kelangsungan mata rantai suplai bahan baku terlalu banyak , belum lagi, dari satuan kilogram bahan baku,cuma nol koma sekian persen, yang bisa diekstrak ( diambil sari pati yang punya khasiat), sungguh tidak efisien, jatuhnya pun jadi mahal di pasaran.
Tumbuhan bahan alam pun, semua pasti mengandung senyawa kimia lho. Jadi, kalau ada yang menabrakkan obat herbal ( tumbuhan) dengan obat kimia, maka itu sudah aneh sejak di pendefinisian. Definisi herbal di media pun, seringkali bias. Jika herbal artinya adalah tumbuhan berkhasiat, maka tembakau ( Nicotiana tabacum), opium (Papaver somniferum), dan ganja ( Cannabis sativa) pun, bisa jadi obat, terutama untuk pasien sakit hati, yang ingin lari dari beratnya kenyataan hidup kan ? Dan penggunaannya pun, tidak bisa sembarangan, ada dosisnya. Banyak sekali kasus keracunan,misal mabuk Daun Kecubung ( Datura metel ), yang fungsinya anestesi ( bius), adalah karena ketidakpahaman tentang takaran ( dosis) pakai.
Lalu, kenapa sampai terjadi pergeseran tren dengan isu kembali ke alam, di kalangan pemasar produk farmasi ? Sampai- sampai harus membenturkan obat sintetik dengan obat bahan alam ( fitofarmasi), dan seperti terkesan membuat konsumen harus berpihak ? Begini, pola penyakit di dunia, telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolikdegenerative/ penurunan fungsi organ tubuh (sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru, konsekuensi lain, adalah lahirnya jenis penyakit baru, semacam kanker.
Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (sintetik). Pada saat itu jika hanya mengunakan fitofarmasi atau jamu yang efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang potensinya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyebab penyakit infeksi.
Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi ( penurunan fungsi organ tubuh). Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian), asma (sesak nafas),ulser (tukak lambung/ maag), haemorrhoid (ambeien/wasir) dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakaian obat dalam waktu lama sehingga jika mengunakan obat sintetis dikhawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat alam/OT, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
Nah, dari sini, warga konsumen pun bisa memilih mana yang paling tepat untuk digunakan bukan ? Tulisan ini memang untuk memberitahu konsumen, karena konsumen yang cerdas, juga bisa secara tidak langsung, membangun budaya pasar yang lebih kompetitif. Produsen tidak akan sembarangan mengeluarkan produk berbahaya, berharga murah, namun membahayakan konsumen, dan berpotensi menghancurkan pasar. Kalau Indonesia sendiri, biodiversitas tumbuhan obatnya tertinggi kedua setelah Brazil, karena Brazil punya Amazon. Tapi, jalan menuju proses industrial untuk bisa meriset semua aset tersebut masih jauh, melihat kondisi daya beli pasar, serta jumlah industrialis lokal, yang kondisi kapitalnya cukup sehat, untuk bisa mengalokasikan investasi inovasi dari bahan alam, dan kalau memungkinkan, bisa membuat obat sintetik sendiri.Kalau memang serius memasuki pasar dengan skala ekonomi makro, maka tumbuhan bahan alam harus diriset dan diproduksi dengan standar Good Manufacturing Practice (GMP) standar farmasi
Jangan kaget kalau akan banyak sekali substansi senyawa kimia, dari tanaman yang tumbuh di wilayah Indonesia, dipatenkan oleh peneliti negara lain. Karena tanpa ada tarikan transaksi ekonomi berskala industri, riset dalam skala massal dan punya daya gedor membangun kemandirian ekonomi itu seperti mengejar api dapat asap.
Tujuan penulisan ini, karena penulis memandang warga ada yang posisinya konsumen, ada juga yang produsen, ya karena sama- sama butuh, biar sama- sama tahu aja, gitu kan ya ?